Selasa, 07 November 2017

Talk show sejenak, Launching buku Menggapai Mimpi ke Puncak Dunia


Talk show sejenak, Launching buku 

Menggapai Mimpi ke Puncak Dunia


Talk show sejenak oleh penulis buku Menggapai Mimpi ke Puncak Dunia, Rahmat Hadi. Saya pun sejenak  pula akhirnya menyaksikan talk show tersebut. Talk show termasuk dalam rangkaian event sirkuit olah raga panjat tebing 2017 DKI Jakarta seri 3.

Launching buku tersebut merupakan buku ke-3, berlangsung di GOR Ragunan Jakarta selama 3 hari. Di awali pada hari Jumat, 27- Oktober sampai hari Minggu, 29 - Oktober 2017. Selain itu sebagai buku yang ditulis sendiri tanpa kolaborasi penulis lain seperti pada buku pertama dan kedua.

Buku yang bergenre writing traveler ini cukup menarik perhatian saya. Termasuk buku pertama yang diterbitkan oleh Gramedia, Surga Yang Tersembunyi, sedikit memberi sentuhan dari sisi 'jiwa petualangan' membuka memori sedikit petualang saya. Lebih dan kurang dari sisi petualangan, ketika mahasiswa kehutanan maupun selepas mahasiswa.

Tak dinyana penulis buku Menggapai Mimpi ke Puncak Dunia, tak lain dan tak bukan,  angkatan senior kehutanan, Unhas. Menghadiri Launching buku Menggapai Mimpi Ke Puncak Dunia sekaligus bertemu langsung penulisnya.

Sedikit ulasan saya, tulisan dan dokumentasi suasana Launching buku tersebut tersaji di sini. Secara langsung memiliki buku bertandatangan penulis yang berisi memo ucapan selamat  membaca. Tak lupa penulis pun mengucapkan terima kasih terhadap pengunjung atas dukungan yang  diberikan.

Panjang Umur Literasi
Anggota Komunitas  Pecandu Aksara
Makassar









Kamis, 12 Oktober 2017

Pelatihan Analisis dan Pengembangan Pasar oleh RECOFTC

Telah berlangsung pelatihan analisis dan pengembangan pasar oleh RECOFTC. Pelaksanaan selama 5 hari yang dimulai  pada hari Senin, 2 Oktober 2017 s/d Jumat, 6 Oktober 2017. Tempat, lokasi pelatihan ini terlaksana di Balai Diklat Kehutanan Makassar.
Pelatihan analisis dan pengembangan pasar tersebut merupakan tahap kedua. Ada pun tahap pertama pernah berlangsung di Kabupaten Bulukumba. Para peserta berasal dari Kota Makassar dan beberapa Kota/Kabupaten setempat di Sulawesi Selatan. Antara lain dari Kabupaten Bulukumba, Bantaeng dan Gowa. Terdiri dari dosen, pegawai, penyuluh-penyuluh, kelompok-kelompok tani serta pemuda pemudi wirausaha dan elemen masyarakat terkait pertanian, perkebunan dan kehutanan.
Pelatihan diisi dengan kegiatan permainan 'games' dan kegiatan kunjungan lapangan serta evaluasi di akhir pelatihan. Baik evaluasi perihal materi maupun pembawa materi pelatihan.
Pelatihan ini bertema analisis dan pengembangan pasar untuk fasilitator lokal. Sekaligus capaian yang terkhusus bagi peserta. Sebagai panduan fasilitator lapangan pelaksanaan pendekatan Analisis dan Pengembangan Pasar (APP).
Berharap untuk kesejahteraan petani sebagai tujuan utama RECOFTC. Menghadirkan keoptimisan dalam mengikuti pelatihan bagi peserta dalam mencapai tujuan tersebut. Semoga.









Sabtu, 16 September 2017

Puisi

Romantisme Pinus

Jalan yang tak berujung
Entah, Adakah akhir?
Tak henti-henti melaju
Entah, Adakah rintang?
Terpaku jiwa

Hadir bak berjarak
Liar, tak tersentuh
Setia bak terpikat
Tumbuh kembang, tak terlihat
Entah, bersua?
Terpesona hati

Semilir angin menyapa
Berlalu kenangan usang
Puncak-puncak nan hijau
Entah, terlihat?
Terpukau diri

Jejak-jejak kembang tak bertangkai?
Kering kerontang?
Tiada menarik!
Mata terusik!

Romantisme Pinus?
Berdampingan!
Bersedekap!
Berpelukan!
Entah




Kamis, 17 Agustus 2017

Kalau tak takut bermimpi ?

Pernah tidak membayangkan 'sesuatu' atau memikirkan 'sesuatu'?. Ternyata 'mbah goggle' berperan serta untuk menemukan. Sepertinya pencarian 'mbah goggle' tak perlu dipublikasikan lagi. Akhirnya saya pun menemukan setelah membuka 'mbah goggle'. Apa itu? pernah terbersit di benak atau bahkan pernah bermimpi ingin 'punya' rumah demikian.

Melangkahkan kaki ke suatu tempat di kota Makassar tak lupa singgah di warung internet (warnet). Meskipun warnet langganan ketika itu tertutup sehingga warnet alternatif yang terjajaki. Namun di kekinian sepertinya warnet langganan pun bukan sekadar tertutup ketika sejenak melintas, terlihat 'tutup total'. Pencarian pun dimulai melalui dengan menuliskan 'tittle' terlebih dahulu 'sesuatu' tersebut.

Rumah bernuansa eropa dengan sentuhan adat 'rumah adat'. Latar belakang budaya dari empat etnis yang ada di Sulawesi Selatan. Telah diketahui bersama 4 etnis berikut : Makassar, Bugis, Mandar dan Toraja. Mengenal sejak awal etnis bugis yang akhirnya membawa pula pada pencarian tersebut. Termasuk kesan 'eropa' sejarah bangsa di zaman perjuangan, dulu. 'Tittle' tersebut oleh saya bertuliskan di 'mbah goggle' rumah yang berarsitektur padu padan bugis eropa.

Akhirnya terlihat olehku 'model rumah', tersebut. Museum Latemmamala (Villa Yuliana) yang terletak di Kota Watansoppeng Kabupaten Sulawesi Selatan. Ternyata sebuah 'suprise' sekiranya 'mengulik' biodata pribadi saya bahwa terlahir di Kota Watansoppeng. Model rumah yang 'hanya' sekadar terbersit ternyata ada,  meskipun butuh kisaran waktu yang cukup lama berkunjung.














Selasa, 08 Agustus 2017

Akhirnya ke Hutan 💬

Akhirnya ke hutan, bukan berarti tak pernah ke hutan lagi pasca menyelesaikan 'kuliahan kehutanan'. Namun spesifik kembali menginjakkan kaki di Hutan Pendidikan Unhas menjadi pertama kali akhirnya. Bila dihitung mundur kisaran belasan tahunan bahkan 20-an tahun lalu ketika 'pernah' ke hutan tersebut.

Tak memungkiri jalur jalan menuju lokasi hutan ini merupakan jalan poros pula. Mencapai beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan, menempuh perjalanan yang melalui hutan  tersebut. Terbersit sejenak dan membuka 'memori' kalau pernah ke hutan pendidikan itu.

Alternatif pilihan jalan tersedia tanpa melalui jalur jalan dan melintas di depan hutan menuju daerah/kota kabupaten setempat. Sehingga saya pun terkadang tak melintas lagi bahkan menjadi 'nyaris' tak pernah, terlupa akhirnya.

Entah, sejak kapan membuka 'memori anak hutan'?
Dulu, dulu dan dulu!'Pernah'!Lupa!'
Akhirnya ke hutan💬✌











Jumat, 04 Agustus 2017

Puisi itu 'Rasa', Aku Ingin 'Rasa' Puisi itu -Uli Ari-

Jadwal Perayaan Hari Puisi Indonesia di Kota Makassar terlihat olehku. Berupa undangan terbuka yang terpublikasikan di media sosial Facebook. Pada tanggal 30 Juli 2017, hari Minggu lalu dan berlangsung pada malam hari sampai larut. Tepatnya pukul 19.30 - selesai, tertera di undangan yang ter'share' dari beberapa panitia acara.

Lokasi acara yang tak asing bagi penyair-penyair di kota Makassar. Gedung Arena Kesenian Makassar Societeit De Harmoni sebagai tempat acara tersebut berlangsung. Pertama kali berkunjung ke lokasi tersebut yang terkadang terlihat olehku pun, bangunan 'lama'. Suka cita karena akhirnya bersama rekan seangkatan 'Writing Camp' ikut nonton bersama 'nobar'.

Pagelaran berlangsung yang terasa 'hening, sunyi, sepi', di sela-sela 'hiruk-pikuk' acara. Penyair-penyair pengisi acara tampil silih berganti membawa nuansa pagelaran di acara hari puisi. Membaca puisi dengan 'style' yang berbeda-beda dari setiap penyair-penyair yang didaulat ke panggung. Tak sepi pun dari tepuk tangan sembari menikmati malam itu yang pada 'lesehan' baik penyair-penyair dan penonton. Sebagian, beberapa 'dudukan' sendiri ataupun bersama, ramai-ramai.

Di bagian salah satu sisi ruangan depan di gedung kesenian tertera gambar sosok-sosok 'wajah penyair'. Kutipan-kutipan puisi melengkapi
poster-poster penyair, menarik perhatian pengunjung sekaligus penonton yang berkesempatan hadir. Judul karya puisi dan nama-nama penyair tertera beserta kutipan puisi seperti yang telah tersebut di atas pada masing-masing poster.

Malam berlalu, beranjak puisi demi puisi, membawa ke dalam 'rasa' menikmati karya sang penyair, terdengar dari bibir-bibir sang penyair, sebuah buku di tangan-tangan sang penyair, karya sang penyair-penyair 'kata-kata yang tak menua', terlihat di malam itu. Selamat Hari Puisi Indonesia.

















Minggu, 25 Juni 2017

Lebaran, dibalik 'nama' lapangan bola

Lebaran tahun ini hadir kembali, pasca menunaikan puasa di Bulan Ramadhan. Dalam pelaksanaan Shalat Idul Fitri pun dihadapkan pada pilihan lokasi atau tempat beribadah di hari raya ini. Alternative pilihan tersebut meliputi di mesjid atau di lapangan, beberapa mesjid pun serta lapangan 'bersolek' untuk menyambut jemaah yang hadir.

Demikian adanya, yang terkadang jauh-jauh hari menentukan pilihan tersebut. Aksesibilitas serta kenyamanan dalam beribadah di hari raya sebagai 'tolak ukur' memilih. Keterbatasan area masjid untuk menampung jemaah setempat seperti di pemukiman-pemukiman. Berbeda dengan masjid-masjid besar 'raya' yang berdiri atau berada di pusat-pusat keramaian. 

Sedangkan lapangan yang memiliki luasan tertentu akhirnya menjadi pilihan utama dalam beribadah di hari raya. Nyaris terlupakan bahwa jalan raya pun menjadi salah satu alternatif tempat menunaikan ibadah shalat di hari-hari raya umat muslim ini. Kesiapan menempuh jarak yang jauh pun tidak menyurutkan menuju lokasi yang telah ditentukan. Di area tempat tinggal bermukim berdiri masjid beberapa, satu mesjid dengan jarak tempuh terdekat, bernama Al-Jihad. 

Sarana lapangan bola yang saban hari tak pernah sepi dari pemain-pemain bola serta penonton setia. Hari-hari tertentu menjadi sarana olahraga latihan 'anak-anak dan remaja' generasi pemain bola dari warga setempat. Tersemat nama 'lapangan neraka' yang terdengar oleh saya sejak dulu, kemungkinan sejak dibuka 'dipakai' sebagai lapangan bola dll. Selentingan kabar-kabar bahwa sering terjadi 'kejatuhan' pemain-pemain bola dalam bermain.

Entah, karena 'rasa' kesal sehingga akhirnya pemain-pemain menyematkan nama 'lapangan neraka'. Di kekinian sekiranya hari raya tiba, selentingan kabar 'sematan' nama lapangan bola itu kembali  terdengar. Namun jangan dianggap nama 'lapangan neraka' tertera, sebagai 'Lapangan Bola Rappokalling' tertera dan terlihat jelas di atas pintu gerbang lapangan. Adapun posisi, di samping (sebelah kiri) Kantor Lurah Rappokalling di Makassar.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 H. Mohon Maaf Lahir & Batin.
Smile-Peace-Heart



Senin, 12 Juni 2017

Gelaran Makassar Bersastra

Makassar bersastra yang ke-3 telah berlangsung sukses pada Hari Minggu, tanggal 11 Juni 2017. Tempat acara digelar di depan Graha Media Mall Mtos di Kota Makassar. Mengangkat tema acara sebagai berikut 'ngabuburit' pembaca se-Kota Makassar. Bertepatan dengan momen Ramadhan kali ini, Makassar bersastra berhasil digelar dan berakhir sukses.
Dihadiri dari komonitas pecandu aksara sebagai pelaksana, panitia acara. Mengundang pula, beberapa komonitas literasi yang berada di Kota Makassar.
Acara ini dimeriahkan penampilan nyanyi, puisi dan drama komedi. Melengkapi gelaran Makassar bersastra disesi acara hiburan dari acara inti seperti Talk show materi kepenulisan serta bincang buku. Di Makassar bersastra 3, ini merupakan pula edisi launching buku oleh penerbit Makassar Indie Book (MIB). Tak ketinggalan saya pun hadir sebagai salah satu bagian dari acara bincang buku, Lenggak-Lenggok Dara. Karya kedua kolaborasi antologi cerpen setelah menjadi peserta Writing Camp yang pertama kali dilaksanakan oleh Komonitas Pecandu Aksara (PA).
Mulai kisaran pukul 3 sore hingga jelang magrib di Bulan Ramadhan tersebut, acara berlangsung. Sesi foto bersama mengakhiri acara ini sekaligus menjelang berbuka puasa. Panitia acara, pengisi acara dan peserta yang hadir bersatu padu. Berharap berbagi manfaat dalam dunia literasi demi kesinambungan baca dan tulis, 'panjang umur literasi'.


- Smile - Peace - Heart -






Sabtu, 03 Juni 2017

Bukber di masjid


Salah satu aktivitas favorit akhirnya saat di Bulan Ramadhan, bukber di masjid. Cukup 'memakan' waktu lama bahkan dalam kisaran tahunan, sejak pertama kali mengenal dan mengetahui perihal bukber di masjid. Kebersamaan berbuka di rumah dan di masjid sepertinya memiliki rasa 'kenikmatan' masing-masing, bak kuis serupa tapi tak sama.

Bersama keluarga maupun sendiri kerap saya lakoni bukber di masjid tahun-tahun belakangan ini. Seiring mudik atau pulang kampung saudara & kerabat ke Makassar dari tempat bermukim masing-masing. Anak-anak saudara & kerabat yang serta merta menjadi hiburan mengundang hiruk-pikuk. Bahkan kebersamaan tersebut akhirnya menciptakan keinginan saya kembali bukber di masjid. Apabila saudara dan kerabat tak mudik atau berhalangan pulang kampung, bersama Ibu pun bukber di masjid.

Menyisakan kesan berwisata religi bersama, sembari mengenalkan masjid ke anak-anak, generasi cilik-cilik yang ceria. Ikut serta 'belajar' menjalankan ibadah puasa untuk berbuka sekaligus melepas rindu terhadap kampung halaman tercinta. Bahkan terkadang anak-anak yang belum berpuasa pun ikut serta yang meminta 'perhatian' ekstra. Agar tak menjadi gangguan bagi yang menunaikan ibadah puasa

Ayo, ikut buka bersama 'bukber'' di masjid.

MARHABAN YA RAMADHAN 1438 H.




Jumat, 19 Mei 2017

Di hari pertama MIWF 2017

Bak menanti 'sesuatu' yang tak mengundang rasa kejenuhan, tak terasa momen tahunan MIWF 2017 menyapa. Kota Makassar kembali menunjukkan geliat-geliat aksi literasi melalui MIWF 2017, yang tak sepi dari pengunjung dari berbagai kalangan. Bertepatan dengan Hari Buku Nasional yang jatuh pada tanggal 17 Mei 2017, Rabu merupakan hari pertama event MIWF 2017. Adapun jadwal MIWF 2017 akan berlangsung hingga tanggal 20 Mei 2017, Sabtu besok.

Fort Rotterdam, lokasi yang sama di tahun 2016, lalu. MIWF 2017 ini pun kembali digelar di Fort Rotterdam. Menelisik jadwal-jadwal MIWF tak boleh terlewatkan sekiranya berminat berperan aktif menjadi salah satu pengunjung. Terkesan jadwal acara padat pun tak terlepas dari rangkaian MIWF setiap tahun. Bahkan ada kesan yang tersisa untuk sedikit 'memaksa' memilih  acara yang akhirnya akan diikuti.  Apabila terjadi 'tabrakan' jadwal yang sama antara dua atau tiga bahkan empat acara yang sesuai dengan harapan pengunjung.

Di hari pertama MIWF 2017  justru membawa saya pada 'rasa' di hari terakhir berkesempatan hadir. Pra event MIWF 2017 sepertinya juga memberi efek tersebut, diawali keriuhan rendahan keramaian. Selain itu kilas balik momen MIWF yang lalu saya ikuti berdasarkan pula pada minat dan kesesuaian jadwal. Ternyata di MIWF 2017 yang sedang berlangsung tersebut, menempatkan jadwal 'Ruang Bersama' yang salah satu pembicara Maman Suherman. Akhirnya saya pun tak melewatkan acara yang bertajuk 'Ruang Bersama'.

Ruang yang dibuka untuk membahas konflik dan perbedaan serta pelajaran yang dipetik melalui dialog terbuka dan jurnal reflektif. Bersama Yerry Wirawan,
Sofyan Syamsul, Eko Rusdianto, Maman Suherman di hari pertama. Siang ceria di Makassar International Writers Festival (MIWF)2017.

Me, Salam Keberagaman👌.

Rabu, 03 Mei 2017

Panggil Aku, Kartini saja!

Panggil Aku Kartini Saja

Sepenggal kata yang terucap dari bibir seorang perempuan yang bergelar R.A. Kartini, panggil aku, Kartini saja!. Film Kartini karya besutan sutradara Hanung Bramantyo yang familiar mengangkat tema-tema dan tokoh-tokoh serta kisah-kisah kepahlawanan dalam filmnya. Di bulan April ini yang merupakan momen, bertepatan memperingati Hari Kartini pada tanggal 21 April, kembali mempersembahkan karya. Mulai tanggal 19 April 2017, secara serentak di bioskop tanah air segera memutar film tersebut. 

'Sisi lain' terangkat oleh sang sutradara dalam membuat film Kartini 'lebih ringan' untuk dinikmati. Kesan 'berat' pada khalayak ramai terhadap film yang bersentuhan dengan sejarah. Oleh Hanung Bramantyo seakan menunjukkan keberhasilan dalam 'menangkap' kesan tersebut, terkhusus penikmat film. Demikian melalui 'penggalian' lebih dalam akhirnya menemukan 'sisi lain' dari Pahlawan Nasional Perempuan, R.A. Kartini yang berasal dari Jepara. Panggil aku, Kartini saja!, tak banyak yang tahu bahwa seorang R.A. Kartini terlahir dari seorang Ibu kandung yang bukan dari kaum bangsawan atau ningrat di zaman dulu, itu.

Perjuangan dalam mewujudkan emansipasi perempuan di kala itu, tak terlepas dari latar belakang kehidupan keseharian beliau. Perubahan-perubahan yang diinginkan oleh beliau pun berasal dari pandangan mata yang secara langsung menyaksikan perbedaan perlakuan terhadap kaum bangsawan atau ningrat dan kaum kebanyakan. Tak terkecuali beliau yang memperoleh perlakuan khusus sebagai salah satu putri Bupati Jepara dengan gelar R.A. (Raden Adjeng atau Raden Ayu). Sebagai perempuan Jawa, R.A. Kartini pembawa perubahan dalam membuka pendidikan modern khususnya bagi perempuan-perempuan Jawa.

Perjuangan seorang R.A. Kartini memberi inspirasi bagi sutradara bahwa siapapun itu membutuhkan 'seseorang' dalam mewujudkan harapan, keinginan dan cita-cita. R.A. Kartini pun demikian yang oleh Hanung Bramantyo menampilkan sosok-sosok yang berada dan hadir di sekeliling beliau. Tersebut R.A. Kardinah dan R.A. Roekmini yang juga merupakan putri-putri bupati Jepara. Tradisi 'pingitan' dengan segala 'keterbatasan' melekat kuat yang diterapkan. Keseharian berada dalam kediaman berupa benteng yang berdinding kokoh terlepas dari 'hirup-pikuk' kehidupan luar, sekitar.

R.A. Kartini yang 'terbelenggu' dalam tradisi yang akhirnya 'berontak' menemukan jati diri bahkan menjadi diri sendiri. Ruang yang terbatas tak membawa pemikiran terbatas bahkan 'menembus batas' pemikiran terkhusus bagi kaum perempuan. Tak lain dan tak bukan oleh kemauan untuk belajar membaca dan menulis akhirnya akrab di keseharian R.A. Kartini. Menemukan cendekia-cendekia dari kaum perempuan melalui buku-buku. Motivasi dan inspirasi tak serta merta hadir dari diri sendiri R.A. Kartini dalam mengawali gerakan perubahan-perubahan. Panggil Aku, Kartini saja! Di tengah mempertahankan garis 'keturunan' gelar kebangsawanan atau ningrat dalam kehidupan terdekat keseharian R.A. Kartini. 

Akhirnya perjuangan R.A. Kartini tak pernah mati, tanggal kelahiran beliau diperingati serial tahun sebagai Hari Kartini, 21 April. Terkhusus bagi kaum-kaum perempuan setanah air tercinta semakin mengenal 'lebih dekat' dengan sosok R.A. Kartini, cinta sejarah bangsa.
Smile - Peace - Heart

Sabtu, 01 April 2017

Jalan Menuju Tana Toraja, ke Lolai

Jalan Menuju Tana Toraja, ke Lolai

Siapa yang tak kenal Tana Toraja? Salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan yang sejak dulu menjadi destinasi wisata wisatawan-wisatawan. Telah tersohor di mancanegara pun hingga kini bahkan semakin terdengar 'gaung'nya. Lolai yang dikekinian dikenal dengan julukan 'negeri di atas awan'.
Tak terkecuali saya yang baru pertama kali ke Tana Toraja, Lolai yang seakan memanggil untuk dikunjungi. Trip Toraja - Palopo oleh Forester 95-Unhas mengadakan family gathering, saya pun ikut serta. Sebagai salah satu Forester 95 - Unhas, alumni kehutanan pada angkatan yang sama tak melewatkan momen ini.
Alhamdulillah, tanpa kendala yang berarti sukses berlangsung kumpul-kumpul sesama alumni. Meskipun tak disangkal dan tak dipungkiri tak terlepas dari riak-riak kecil, gelombang-gelombang yang mengganjal, namun akhirnya dapat teratasi.
Schedule pun tersusun yang direncanakan pada tanggal 25 Maret s/d 28 Maret 2017. Namun fleksible dalam realisasi trip Toraja - Palopo ini sebagai kegiatan refresing  yang sekaligus  ajang silaturahmi. Terlihat dari keikutsertaan forester-forester menyesuaikan schedule pribadi yang tak dapat tertinggal pun.
Demikian akhirnya, beberapa forester tidak 'full time' dalam mengikuti trip tersebut. Namun tak mengurangi rasa suka cita dalam menikmati perjalanan family gathering ini. Rempong-rempong menyenangkan melalui kebersamaan forester bersama-sama keluarga pula. Kesan yang tersisa dan terasa dalam melalui perjalanan dengan aksesibilitas pendakian dan penurunan menuju Lolai, Tana Toraja Utara.
Welcome.




























A








T













KEMBALI BERSUA, HEY! MANADO CITY

Menyaksikan Pasutri Gaje, menarik untuk tak melewatkan film Pasutri Gaje yang berlatar belakang cerita, kisah dan kehidupan sepasang abdi ne...