Senin, 18 April 2022

Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor

  Taman Safari Indonesia, Bogor

Berkunjung kesekian kali ke kota Bogor dan setiap kunjungan menyisakan kesan yang berbeda. Kali ke-3, dalam rangka tugas dari instansi tempat saya bernaung memungkinkan saya kembali untuk menginjakkan kaki di kota Bogor, yang familiar dengan sebutan kota hujan. Nah... bagaimana? Kesan demi kesan yang hadir ketika kunjungan ke kota Bogor, Ayo! Mengulik kembali kesan tersebut. Seperti sebelumnya, jalur penerbangan ke Kota Bogor melalui Bandara Soekarno Hatta, Bandar Udara Internasional Soekarno - Hatta, Jakarta. Berkenaan tugas yang diemban, meminta untuk singgah sejenak di Kota Jakarta terkait team kerja yang akan berlangsung di Kota Jakarta dan Bogor. Selanjutnya, perjalanan melalui jalur tol Jagorawi (Jakarta, Bogor, Ciawi) dari Kota Jakarta menuju Kota Bogor, waktu jarak tempuh 2 jam.
 
 
   
 
 
 
 
  
Nah... sebelum saya menuliskan kesan demi kesan yang saya temui, sejak  kunjungan pertama, kedua dan kunjungan ketiga, menunjukkan bahwa ada setitik rasa yang tersisa bagi saya terhadap Kota Bogor. Nah loh ... apakah itu? Flashback sejenak ke tanah Sulawesi, berkaitan dengan wilayah kerja instansi tempat bernaung, memiliki 5 wilayah kerja. Wilayah kerja sebagai berikut, wilayah kerja Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara dan Gorontalo. Menginjakkan kaki di 5 Wilayah kerja, memberi kesan tersendiri dari masing-masing karakteristik Kota, khususnya Ibu Kota Provinsi. Secara langsung menyaksikan Ibu Kota Provinsi di masing-masing wilayah kerja, Pulau Sulawesi. Kota dan Karakteristiknya, nah ... Kota adalah jaringan kehidupan manusia dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi dan sosial ekonomi heterogen, Karakteristik adalah gesselschaft, individualis, materialistis, toleransi rendah, heterogen, dan ada kesenjangan sosial.
  
Kota Asal, Makassar menyisakan kesan bagi saya, seperti ini... laksana busur panah yang melesat jauh ke depan sampai ke titik sasaran. Mengumpamakan Kota Makassar di mata saya, yang mengalami perubahan, tiada terhenti bahkan terkesan 'penghuninya' pun seakan tidak diberi kesempatan untuk memejamkan mata, 'dipaksa' melihat perubahan itu sehingga tak terlewatkan melihat  perubahan Kota Makassar, itu.. Nah.. janganlah berlama-lama tinggal dalam rumah atau berdiam diri dalam rumah, senyaman pun engkau di tempat tinggalmu, kau berada di rumah,, maka engkau akan tertinggal dengan perubahan yang ada di kotamu sendiri.. ah.. Bagaimaan tidak?, berdiam diri menyisakan perubahan di luar sana ,,, nah kembali ke kota yang dikunjungi yang kurang lebih memiliki kemiripan dengan kota asal Makassar, terutama keramaian dan kuliner ,,, dan apapun itu, seperti keramahan orang-orang yang berada ditemui di kota tersebut, yang tak perlu diragukan lagi, sungguh-sungguh memiliki 'kekayaan' kuliner di masing-masing tempat yang pastinya memiliki perbedaan namun tak menutup kemungkinan dan dipungkiri memiliki kemiripan diantara tiap-tiap wilayah/daerah kunjungan baik di Pulau Jawa atau di Pulau Sulawesi sendiri atau bahkan dalam wilayah Sulawesi Selatan sendiri.
 
Faktor kemiripan karakteristik kota, menjadi salah satu penentu bagi saya, yang akhirnya berkunjung ke wilayah kerja menyisakan kesan 'betah'. Kota makassar sebagai asal tempat tinggal yang menjadi 'parameter' apabila berkunjung ke Kota-Kota Wilayah kerja. Karakteristik Kota kunjungan yang memiliki kemiripan dengan kota asal, memberi kesan 'betah' untuk berlama-lama di kota yang saya kunjungi. Nah... demikian kesan yang tersisa dari beberapa kota kunjungan tugas,  tak terkecuali Kota Bogor yang familiar dengan sebutan Kota Hujan. Demikian, Bogor salah satu Kota yang saya kunjungi, memberi kesan 'betah', keramaian kota yang cukup bersahabat, suasana hirup pikuk & hilir mudik kota cukup memberi nuansa damai dan kenyamanan. Lapak-lapak talas dan asinan Bogor di pinggiran jalan, hal yang pertama kali 'ditangkap' pertama kali oleh mata ini, ketika kunjungan pertama kali ke Bogor. 
 
 
 
  
 
 
Nah...kesan pertama kalinya ke Bogor sudah terungkap, berikut dilanjutkan ketika kunjungan kedua kalinya,,,ketiga kalinya???. Dalam rangka tugas, kembali kunjungan kedua kalinya, bersama 'team work' yang pernah berdiam diri, bermukim di Kota Bogor, menempuh pendidikan Perguruan Tinggi di Bogor. Nah... bersama, menyisir kota Bogor dan berjalan kaki disekitar hotel tempat menginap. demikian kunjungan pertama pun. Berada di Bogor tak luput dari wisata kuliner, nah... mencicipi kuliner Lumpia Basah & Sablak (Kerupuk siram/basah). Rasa penasaran terjawab setelah menyaksikan jejeran kuliner yang berada di titik-titik jalan Kota Bogor yang termasuk area jalan jajanan kuliner, seperti di sekitar jl. Suryakencana Kota Bogor, Jawa Barat. Berikut di sekitar jl. Raya Pajajaran, Kota Bogor, kuliner jajanan pinggiran jalan, menarik perhatian pun untuk dicicipi. Familiar dengan sebutan kota hujan, memberi kesan cuaca yang cukup bersahabat pun, meskipun kunjungan pada musim kemarau, panas terik yang tidak 'menusuk' sampai ke relung hati, nah... ke hati niye he...
 
 
Kesan ketiga bertepatan dengan kunjungan ketiga ke Kota Bogor, nah... pertama kali menyaksikan jalur puncak Bogor yang terkenal dengan kemacetan yang 'luar biasa', di waktu weekend/libur panjang. Hingar bingar berita Kemacetan Jalur Puncak Bogor yang 'mengular' menyita perhatian penonton TV seantero nusantara. Nah, salah satu acara favorit saya, menonton berita di TV sehingga tak terlewatkan, berita kemacetan di Puncak Bogor. Satu yang menarik perhatian pun, pembaca berita yang cantik dan gagah he... O, ya kekonyolan tersisa juga ketika kunjungan kedua ke Kota Bogor, nah... membawa talas seikat yang terdiri dari beberapa talas yang besar dan kecil yang digabung jadi satu sebagai 'buah tangan' oleh-oleh ke Makassar. Bagaimana tidak? Kekonyolan terjadi, kemasan-kemasan cake/kue lapis Bogor dengan mudah ditemui di Kota Bogor, baik pada toko-toko khusus kue maupun hanya sekadar menyajikan beberapa cake/kue lapis Bogor, tersedia namun tak jua terbawa sebagai 'buah tangan', ternyata harga belum 'seiasekata dompet' he.... bak peribahasa nih... There Was No Cane Root Was Finished, Tak Ada Rotan Akar pun  Jadi, Cake tak dapat,yah... talas 'mentah' boleh juga ha..ha..
       

                          

Melanjutkan kesan ketiga, tak habis destinasi kunjungan sekiranya memasuki Kota Bogor, salah satu Istana Kepresiden Republik Indonesia berada di Bogor yang dikenal dengan nama Istana Bogor, Kebun Raya Bogor, serta yang berkesempatan terkunjungi Taman Safari Bogor menyisakan kesan yang 'luar biasa' bak liburan akhir tahun menjelang tahun baru 2022, bersama team work akhir tahun menikmati TSI Indonesia yang penuh dengan suprise-suprise 'kejutan-kejutan'. O, ya..., kekonyolan berikut ketika kunjungan pertama kali ke Bogor, Asinan Bogor aneka rupa yang menjadi favorit saya pun tak tersentuh, pertama kali mencicipi di rumah kerabat di Jakarta, seakan akhirnya hanya menjadi pemandangan bak perhiasan di depan mata tersaji di jajanan pinggir jalan 'melimpah ruah' ha..ha... mauta namun tak terbeli juga ha ..ha... nah kesan kebingungan pun tersisa, saking banyak 'melimpah ruah' yang terlihat di depan mata.  Menjumpai angkringan pun menarik perhatian  ketika kunjungan ke-3, Angkringan Full sebutku, karena kesekian kali bertemu angkringan yang akhirnya  fulll terisi,,, sebelum sebelumnya tak terisi fulll ha...
 
Berkunjung ke Taman Safari Bogor yang pastinya akan menemui berbagai jenis binatang, aneka satwa, hewan-hewan apapun namanya ... demikianlah yang terlihat. Kunjungan, mengingatkan ketika berkunjung ke Ragunan Jakarta yang merupakan kebun binatang, berada di Jakarta, sepertinya kembali menemui jawaban yang sama ketika kroscek album Ragunan, tersimpan di Lap top Saudara yang tak pernah sempat-sempat di buka lagi, ketika kembali menanyakan  album foto kunjungan ke jakarta dan Tangerang serta Depok ketika acara wisuda saudara ipar dan berkunjung ke Depok kunjungan ke tempat tinggal saudara (Alm) Hernawati Arief yang ketika itu masih bekerja di Dephub Jakarta/Tangerang. Alfatihah. 
 
Kunjungan ke Taman Safari Bogor di sela-sela tugas negara,, Nah ... menyaksikan jalur puncak Bogor yang sarat dengan kemacetan nampak sudah dipelupuk mata, tidak menyaksikan lagi melalui berita-berita TV namun secara langsung menyaksikan kemacetan yang justru terjadi ketika kepulangan kunjungan dari Taman Safari Bogor. Bagaimana tidak... jalur puncak Bogor yang ditempuh pada waktu pagi hari hingga siang hari bahkan sampai sore dan jelang malam sampai gelap gulita namun diterangi lampu-lampu jalur puncak bogor dan dijalur-jalan-jalan memungkinkan untuk menikmati jalur kiri kanan puncak keramaian  destinasi Bogor serta kuliner yang sangat ramai sepanjang jalan. Menjadi hiburan tersendiri ketika menyaksikan jalur puncak bogor secara langsung... yah...nyaris mirip kota Malino di Sulawesi Selatan namun jalur Puncak Bogor lebih panjang jalurnya dan jalan pun lebih luas dan memungkinkan untuk jalur persinggahan di sisi kiri kanan jalan serta full destinasi wisata serta kuliner. 

Perjalanan pulang, istilah jalur depan dan jalur belakang, lewat belakang atau lewat depan,  lewat belakang terdengar sebagai alternatif untuk menghindari macet dalam perjalanana pulang. Nah... menarik ni.. sejak berkendara dari kota Bogor dengan menyewa mobil unuk satu keluarga bersama teman sekeluarga dengan 1 anak begitu pun 1 kendaraan pribadi, sekeluarga pun dengan 1 anak sehingga memungkinkan leluasa dalam menikmati destinasi wisata bogor di jalur puncak sampai memasuki kota Bogor bahkan menikmati TSI tanpa keluar dari mobil pun ,,kecuali ketika melihat Jerapah dari dekat. Sebagian besar menikmati destinsi satwa dari kendaraaan melalui jendela mobil dan memberi makan, sepanjang perjalanan berseliweran penjual wortel sebagai pakan satwa pada umumnya. 
 
























 
Dokumentasi Foto : Pribadi/Team Work FP III Jkt-Bogor
 
 





















KEMBALI BERSUA, HEY! MANADO CITY

Menyaksikan Pasutri Gaje, menarik untuk tak melewatkan film Pasutri Gaje yang berlatar belakang cerita, kisah dan kehidupan sepasang abdi ne...