Sabtu, 15 Desember 2018

Coching Clinic Verifikasi Teknis Perhutanan Sosial Tahap III Provinsi Sulawesi Tenggara

 Coching Clinic Verifikasi Teknis Perhutanan Sosial Tahap III Provinsi Sulawesi Tenggara

Pembukaan Coching Clinic

Mengawali kegiatan Coching Clinic dalam rangka Verifikasi Teknis Perhutanan Sosial Tahap III Sultra, Pembukaan acara kegiatan oleh Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Perhutanan Sosial dari Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara. Peserta terdiri dari Team Vertek Tahap III Sultra, termasuk anggota Kelompok Kerja (Pokja), beberapa hadir dari anggota yang kurang lebih 50 anggota.

Plaza Inn Kendari


Pertemuan Coching Clinic berlansung di Plaza Inn Kendari pada hari Selasa/11 Desember 2018 pada  malam hari dimulai pukul 18.30 Wita. Provinsi Sulawesi Tenggara dengan target  32 ribu Ha dan yang telah diverifikasi teknis kurang lebih luasan dikisaran 50 - 60 ribu Ha, tersebut 58 Ha dan pada perencanaan Verifikasi Teknis selanjutnya pada luasan 16 ribu Ha, sehingga telah mencapai 74 H. Realiasasi atau pencapaian dianggap telah maksimal, termasuk usulan baru terdiri dari 40 Kelompok Tani Hutan untuk difasilitasi

Pengantar Coching Clinic 


Selanjutnya pengantar Coching Clinic berupa perihal Berita Acara (BA) dengan menambahkan keterangan gender 'issu gender' sekaligus penambahan tenaga dari KPH dan pendamping. Mengawali Verifikasi teknis pada usulan pasca tanpa IUP yang berita acara merupakan dasar penerbitan IUP termasuk daftar nama Kelompok Tani Hutan yang terangkum dalam SHP serta peta lokasi usulan skema perhutanan sosial.

Sambutan


Pernyataan dari pihak Pejabat Pembuat Komitmen bahwa melayani 60 divisi dengan pemahaman anggaran terkait SPJ serta penyampaian terkait pengajuan usulan Fasilitasi Perhutanan  Sosial untuk dalam perencanaan tahun depan, 2019. Sedangkan pemantapan team vertek oleh T2PS, percepatan perhutanan sosial melalui Surat Tugas terkait pelaksanaan vertek serta jumlah personil atau tenaga yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. Menambahkan kembali  agar 'update' tingkat nasional bahwa target luasan perhutanan sosial target nasional pada kisaran 2..2 juta ha dari rencana 2,5 juta Ha sampai pada tahap akhir bulan Desember tahun 2018.
  

Perhutanan Sosial 

Perhutanan Nasional merupakan program strategis nasional dengan luasan 12,7 juta Ha yang.dalam realisasinya 'meminta' pengurangan luasan. Melalui 5 skema perhutanan sosial mewujudkan hutan lestari , rakyat sejahtera. Diakhir acara kegiatan pembukaan kegiatan verifikasi  teknis menghasilkan rumusan akhir. Sedangkan hasil verifikasi teknis perhutanan sosial  dengan tembusan pada 5 (lima)  pihak-pihak yang terkait dalam proses teknis. Salam 5 jari, BPSKL Wil. Sulawesi.








Dokumentasi : BPSKL Wil. Sulawesi 

Senin, 12 November 2018

Forester Festival 2018

FORESTER FESTIVAL IKA KEHUTANAN UNHAS

Forester Festival

         Telah berlangsung ajang Forester Festival untuk yang pertama kali, yang direncanakan akan berlangsung setiap tahun atau sebagai agenda tahunan IKA Kehutanan Unhas. Forester Festival 2018 - Reuni Tahunan IKA Kehutanan Unhas, berlangsung pada tanggal 9 – 11 November 2018, baru-baru ini. Kegiatan antara lain Seminar Alumni ‘Peran Rimbawan Dalam Pembangunan Kehutanan Indonesia’,  Ramah Tamah IKA Kehutanan Unhas,   Forester Back To Campus (Fun Walk, Bedah Buku, Bazaar dan Panggung Hiburan), Forester Camp (Gala Dinner dan Forester Night, Senam Pagi, Cross Country, Baksos dan Outbound)





Pagelaran Forester Festival 2018
 Ada 3 lokasi pagelaran Forester Festival 2018, Lokasi I, di Rujab Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 9 November 2018. Lokasi II, di Kampus Unhas Tamalanrea Makassar atau yang lebih dikenal dengan nama Kampus Merah pada tanggal 10 November 2018. Selanjutnya Lokasi III, di Hutan Pendidikan Unhas Bengo-Bengo Kab. Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Forester Festival 2018 ini, dihadiri oleh  Prof. Dr. Ir. H. M. Nurdin Abdullah, M.Agr, IPU sebagai Ketua Umum IKA Kehutanan Unhas.
Forester Festival adalah ajang kreatif yang diinisiasi dengan brilliant!!!Momentum pertemuan dan silaturahim alumni IKA Kehutanan Unhas dan civitas akademika Fahutan Unhas, menjawab panjang penantian dan dahaga rindu para alumni terhadap sahabat, kerabat, bahkan dengan fakultas serta semua sudut ruang kampusnya … so don’t miss, itu jadilah  bagian dari sejarah pelaksanaan FF Pertama… juga Bagian dari kebangkitan persatuan dan  gelora KORPS Rimbawan Unhas… COS We Are Forester, ungkap Jay Syamsu Rijal yang juga sebagai penulis buku Badik Berbunga di Negeri Para Samurai di kegiatan Bedah Buku pada Forester Festival 2018. Berbarengan dikesempatan ini pula bedah buku Kilimanjaro, Menapak Atap Afrika oleh Rahmat Hadi Forester Angkatan 1990. Salam Rimba👌.





Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi/Panitia Pelaksana FF 2018






Senin, 15 Oktober 2018

Menemukan Ide, Tanpa Mencari


Menemukan Ide, Tanpa Mencari

 'Semesta'

    Mengawali menulis bagi segelintir orang merupakan hal yang boleh dikatakan sangat sulit dilakukan, memulai itu sulit namun tidak memulai kemungkinan lebih sulit. Bagaimana tidak?, Tak sedikit orang yang memiliki minat, bakat bahkan berkeinginan dan berharap untuk menjadi seorang penulis serta menjadi terkenal bak ‘punya nama’. Menulis tanpa mencari ide sekiranya demikian pemahaman yang ‘tertangkap’ dari judul apresiasi di atas. Menarik perihal ungkapan yang mengatakan bahwa ‘semesta’ telah menyediakan ide menulis yang dengan mudah ditemui sebagai pemicu hasrat dan kemauan menulis oleh calon-calon penulis yang bermunculan. 

'Ide' 

      Memulai, mengawali bahkan memilih ‘karier’ sebagai penulis sebagai ladang ‘pundi-pundi rupiah’. Ide menulis dimana-mana bahkan disebutkan mulai dari bangun tidur hingga akhirnya tidur kembali dalam aktifitas keseharian. Sehingga tak dipungkiri pula sepatah kalimat bahwa menulis itu mudah sebagai salah satu ‘ilmu’ yang membangkitkan gairah menulis bagi penulis pemula. Dorongan dan motivasi untuk membuka lembaran-lembaran buku yang berisi ilmu pengetahuan menulis pun menjadi petunjuk dan acuan menulis. Tak ubahnya belajar membaca dan menulis dari penulis-penulis yang telah menerbitkan karya buku. Kelihaian dan kepiawaian seseorang berperan serta untuk ‘menangkap’ sebuah objek ide dalam berkarya. 

'Inspirasi'

     Seperti seseorang penulis yang tanpa menyadari memberi ide ke seseorang yang lain yang ingin terjun dalam dunia tulis-menulis. Ide yang berupa rancangan yang tersusun di dalam pikiran/gagasan yang disebut-sebut sebagai modal awal dalam menulis. sedangkan inspirasi berupa ilham/bisikan. Ide yang seringkali menjadi ‘batu sandungan’ bagi seseorang dalam menulis, tak ada ide, belum ada ide. Inspirasi sesuatu yang ‘vital’ pula dalam proses berkarya khususnya dalam menulis. Baik ide dan inspirasi merupakan perihal yang berbeda namun tak dapat dipisahkan dalam proses menulis. Meminjam pepatah bahwa dimana ada kemauan di situ ada jalan. Bagaimana akhirnya?,Kemauan menulis menghadirkan kemampuan menulis. ‘semesta’ tercipta yang mengundang ide dan inspirasi yang siap tersaji di alam raya nan luas ini. 

Objek 

    Objek ide yang tak terbatas seakan mengundang karya tulisan yang tak terbatas pula. Namun bukan hanya objek ide saja yang berbeda-beda namun subjek sebagai pelaku dalam berkarya menghasilkan ‘cara pandang atau melihat’ objek ide yang berbeda pun. Bertemu ‘jalan buntu’ untuk mengawali dan mengakhiri sebuah tulisan tak ayal merupakan ‘musuh’ terbesar. Bak batu besar yang menutupi sebuah gua yang akhirnya terdorong sekuat tenaga. Sebuah perjuangan bagi penulis-penulis untuk menemukan ide tanpa mencari. Selain itu peluang-peluang terlihat ide bahkan terlewatkan atau sama sekali bak angin lalu ‘sambil lalu terlewatkan’. Sehingga ide-ide yang menjadi ‘bibit-bibit’ inspirasi tulisan tak terwujud sedemikian rupa. 

Iklim Intelektual

    Hanya sedikit diantara sekian ide di semesta yang akhirnya berwujud tulisan-tulisan yang akhirnya dapat dinikmati. Menciptakan situasi dan kondisi ’iklim intelektual’ melalui interaksi yang sengaja diciptakan bahkan terpelihara. Tips dan trik penulis sebagai subjek pelaku dalam berkarya agar pikiran terkondisikan sedemikian rupa untuk menulis tak jarang terterapkan. Berhenti menulis bukan sebuah pilihan yang tepat bagi penulis-penulis yang produktif sehingga akhirnya akan ’mematikan’ kekreatifan. Sebuah sisi yang menarik dari menulis bahwa menulis tak terlepas dari dunia kerja yang ‘meminta’ kekreatifitas yang tinggi bahkan tiada henti. Memanggil ‘jiwa-jiwa penulis’ untuk tetap dan terus berkarya serta melahirkan karya-karya yang legendaris tak terikat oleh zaman.
  

'Tidak Sia-Sia'

      Bukan perihal mencari jarum dalam jerami atau dalam artian melakukan pekerjaan yang sia-sia. Menemukan ide tanpa mencari, bagaimana?, secara spontan dan tiba-tiba sembari dengan focus pada titik dengan tujuan untuk menulis. Membaca dan menulis tak boleh dipisahkan yang sebenarnya sejak awal memasuki bangku sekolah telah diperkenalkan kedua aktiiftas tersebut. Menulis apa yang telah dibaca sebuah realisasi yang sederhana dalam mewujudkan karya tulisan. Tak jarang dengan membaca akhirnya menjadi sumber-sumber ide yang cerdas. 

Motivasi

    Dari mana dan bagaimana memulainya? Tidak sulit, Ayu Utami, mengungkapkan bahwa Ide merupakan kata kunci yang bisa digunakan dalam menulis serta dorongan. Gampangnya, jika kita tak terlalu punya ide, perhatikanlah dorongan apa yang kamu punya. Apa yang mendorong aku? Apa yang membuat aku bersemangat, bergairah, geregetan atau gemas? Nah … berani menulis, keberanian pun dibutuhkan untuk menjadi seorang penulis selain menulis, menulis, dan menulis. Jika belajar membaca dengan membaca maka belajar menulis dengan menulis. Selanjutnya Ayu Utami dalam buku Menulis dan Berpikir Kreatif Cara Spiritualisme kritis, bahwa sebagian orang memiliki ide awal yang cukup jelas. 

Ide Awal

     Salah satu pertanyaan bantu untuk mengetahui apakah ada ide awal yang cukup jelas adalah : tentang apa ? Kita juga boleh berangkat dari ide tentang bentuk tulisan. Tapi ada kalanya kita tidak tahu mau menulis tentang apa. Jangan khawatir, jika ide tampak tak jelas, maka marilah kita lihat apa yang menjadi dorongan bagi kita. Apa yang membuat aku penasaran? Adakah hal yang membuat aku marah atau sedih atau sebaliknya, sangat senang? Adakah hal yang membuat aku terganggu atau terngiang-ngiang sampai sekarang? Adakah pertanyaan kehidupan yang aku belum bisa aku jawab?. Perasaan-perasaan intensi yang memberi dorongan itu sering bersarang dalam pengalaman sederhana dan sehari- hari di masa lampau. Selamat Membaca.

Minggu, 15 Juli 2018

Target ‘Jemput Bola’ Perhutanan Sosial

Target ‘Jemput Bola’ Perhutanan Sosial


        Target Program Perhutanan Sosial

Target Program Perhutanan Sosial dengan target luasan yang 12,7 juta Ha mendorong tercipta strategi ‘jemput bola’. Tak terlepas dari waktu yang terbatas serta sumber daya manusia ‘siap pakai’ yang terbatas serta menelaah kerealitasan target. Perubahan-perubahan pun mengikuti dan terjadi di perwujudan dan pelaksanaan Program Perhutanan Sosial agar menemukan target yang rasional. Pencapaian target luasan areal Perhutanan Sosial yang diperuntukkan bagi masyarakat di sekitar hutan dan dalam kawasan hutan melalui Percepatan Perhutanan Sosial (PPS) dengan membentuk kelompok Kerja (POKJA). Kira-kira 4,38 juta hektare sebagai target realistis," ujar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dalam Rapat Koordinasi Nasional Perhutanan Sosial di Hotel Ciputra, Selasa (Republika Co.id, 23/1/2018) .

'Jemput Bola'

Strategi dan Rencana Kerja dari masing-masing Satuan Kerja (Satker) dengan kreatifitas tak luput tercipta demi mewujudkan Program Perhutanan Sosial melalui target ‘jemput bola’. Bahwa hutan yang menyimpan sumber daya alam yang dapat diperbaharui itu, tak berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat baik di sekitar hutan dan dalam kawasan hutan yang masih termasuk kawasan/daerah bahkan desa tertinggal. Oleh karena itu sasaran perhutanan sosial tak terlepas dari kawasan hutan yang sejak dulu tecipta dan dimanfaatkan sepenuh-penuhnya. Melalui kearifan lokal yang tercipta secara alami dari warga masyarakat hutan secara turun temurun dan terpelihara hingga kini. Ibarat lautan lepas yang berisi keramba-keramba ikan yang siap ‘ditangkap’ untuk memenuhi hajat hidup rakyat secara berkeadilan dan merata. Berdasar pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.I/10/2016 Tentang Perhutanan Sosial. Bahwa Perhutanan Sosial adalah sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara atau hutan hak/hutan adat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat sebagai pelaku utama untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial budaya dalam bentuk Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Rakyat, Hutan Adat dan Kemitraan Kehutanan.

           Implementasi Perhutanan Sosial

          Pengimplementasian dari model pengelolaan kawasan hutan Negara oleh masyarakat yang diharapkan mampu mengubah tata kelola hutan menjadi model kelola bersama masyarakat yang dapat memberikan jaminan bagi kelestarian sumber daya hutan. Program Perhutanan Sosial telah menjadi prioritas sebagai akses legal masyarakat terhadap lahan (land) kawasan hutan Negara seluas 12,7 juta Ha. Program Perhutanan Sosial dilaksanakan melalui alokasi sumber daya hutan yang dikuasai Negara kepada masyarakat setempat, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.83 Tahun 2016 Tentang Perhutanan Sosial. Memahami bahwa pemanfaatan hutan kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan dalam bentuk hasil hutan kayu dan bukan kayu melalui pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemaneman, pengolahan dan pemasaran berdasarkan asas kelestarian hutan, social dan lingkungan dan atau dalam bentuk pemanfaatan jasa lingkungan melalui antara lain jasa ekowisata, jasa tata lingkungan , keanekaragaman hayati, jasa penyerapan/penyimpanan karbon.

Sosialisasi Perhutanan Sosial


Program Perhutanan Sosial yang meminta pengenalan dengan sosialisasi ke elemen/lapisan masyarakat, segenap masyarakat, kelompok masyarakat terutama masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat. Memupuk kerjasama dan koordinasi pihak-pihak yang Percepatan Perhutanan Sosial . Perhutanan social yang bertujuan mengurangi ketimpangan kepemilikan lahan dan mengurangi konflik terhadap potensi-potensi konflik yang hadir. Tersebut sebagai Skema Program Perhutanan Sosial : 1) Hutan Desa (HD), Hutan Negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa, 2) Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat, 3) Hutan Tanaman Rakyat (HTR), hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan, 4). Hutan Adat (HA), hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah, 5) Kemitraan Kehutanan (KK), kerjasama antara masyarakat setempat dengan pengelola hutan, pemegang lain usaha pemanfaatan hutan/jasa hutan, izin pinjam pakai kawasan hutan atau pemegang lain usaha industri primer hasil hutan.

Hutan Lestari Rakyat Sejahtera

Dalam perkembangannya masyarakat hutan untuk kelola hutan secara lestari, tanpa ‘merusak’ sumber daya hutan yang tersedia. Kerangka berpikir segenap masyarakat setempat di sekitar kawasan hutan dan dalam kawasan hutan yang menganggap bahwa hutan dapat diwariskan, dimiliki dan diperjualbelikan termasuk lahan-lahan hutan, mengemuka. Namun tanpa mengabaikan segenap masyarakat setempat pun khususnya dalam masyarakat adat yang berada di sekitar kawasan hutan serta dalam kawasan hutan telah memiliki kearifan lokal yang tertanam dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat adat yang terpelihara serta terjaga melalui pemanfaatan hutan sepenuh-penuhnya. Mencari dan menemukan ‘solusi’yang berkesinambungan agar terwujud peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat, yang berada di sekitar kawasan hutan maupun di dalam kawasan hutan. Mengurangi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan pengelolaan/pemanfaatan kawasan hutan sebagai ‘solusi’ dari problema tersebut. Program Perhutanan Sosial telah menjadi program prioritas nasional, melalui 5 Skema Perhutanan Sosial terhadap keilegalan kelola hutan bagi masyarakat yang ketergantungan hidup terhadap hutan sangat tinggi. Tak terlepas dari kawasan hutan yang secara turun-temurun telah menjadi penopang hidup sanak keluarga sampai beranak-pinak/beranak-cucu. Wassalam.

Selasa, 01 Mei 2018

De Mata Trick Eye Museum Jogya


De Mata Trick Eye Museum Jogya

Demata Trick Eye Museum.

Berkunjung ke Jogyakarta dalam rangka mengikuti Lokalatih. Nah ... ada yang kini terkunjungi, Demata Trick Eye Museum.

Beberapa foto dokumentasi berikut memperlihatkan 'view' demata yang terdiri dari beberapa area gedung. Bilik-bilik/blok-blok ruangan terbagi-bagi menurut area gedung yang masing-masing berbeda-beda.

Tersebut Demata 1, 2 dan 3...sebagai terusan dalam menyaksikan sekaligus menikmati 'view' yang ada. Perbedaan tema pun terlihat dan tampak pada masing-masing 'Demata'.

Nah.. alternatif pilihan bilik-bilik pun sesuai selera pengunjung. Baik  tema, gambar, wallpaper, properti (produk indoor atau outdoor) untuk dokumentasi foto atau sekadar "cuci mata" tersaji.

Anak-anak dan dewasa bebas berekspresi sedemikian rupa.






















                                                   Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi

Rabu, 14 Februari 2018

Selayang pandang ke Desa Laiya


Selayang pandang ke Desa Laiya

Pasca Lokakarya Strategi dan Rencana Kerja Kelompok Kerja Perhutanan Sosial Propinsi Sulawesi Selatan. Hari Jumat, 9 Februari 2018, kunjungan lapangan ke Desa Laiya Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros. Sekilas foto dari selayang pandang di bawah ini :

Note : Skema HKM Desa Laiya
            * Matajang
            * Manai

Sekilas foto berikut, serta foto ketika melanjutkan 'Trip Helene Sky Bridge'


                            








Trip Helene Sky Bridge







Sumber foto : Pribadi


Rabu, 10 Januari 2018

Nuansa Bhineka Tunggal Ika, Film Ayat-Ayat Cinta 2


Nuansa Bhineka Tunggal Ika, 

Film Ayat-Ayat Cinta 2


    Di awal tahun, ikut menyaksikan  pemutaran film Ayat-Ayat Cinta 2 di salah satu bioskop di kota tempat bermukim. Akhir liburan, cuti kerabat ke Kota Makassar dan bersama-sama sekeluarga ikut menonton film tersebut. Sebelum menyaksikan film ini sekiranya sejenak membuka 'memori' perihal film Ayat-Ayat Cinta sebelumnya (Episode 1). Melalui 'layar poster' di dinding area bioskop, lamat-lamat memperhatikan para nama-nama pemain yang terlibat. Akhirnya kurang lebih, sedikit membuka ingatan akan film yang juga pernah di tonton, dulu.

     Berikut nama-nama pemain yang berperan selain sosok Fahri yang diperankan oleh  Fedi Nuril. Sebagai pemeran utama, Fedi Nuril merupakan aktor utama yang pertama jadi pembuka ingatan saya, perihal film ini. Selanjutnya sepertinya oleh saya terlupakan, entah mengapa? Iya, pemeran terganti, hanya sosok Fedi Nuril  yang tak terganti dan lekat di ingatan. Pemeran film di antaranya : Chelsea Islan sebagai Keira, Tajtana Saphira sebagai Hulya, Dewi Sandra sebagai Aisha/Sabina dan Nur Fazura sebagai Brenda. Tak lupa pula saya berfoto di depan 'layar poster' film Ayat-Ayat Cinta 2 sebagai 'oleh-oleh' mengikuti kelanjutan film ini.

     Menyaksikan film ini tak ubahnya bagi saya 'hanya' menonton belaka tanpa ingatan yang berarti perihal film Ayat-Ayat Cinta (episode 1). Seperti yang telah tersebut di atas, hanya sosok Fedi Nuril yang 'melekat' dalam ingatan. Selanjutnya mengikuti pemutaran film secara 'penuh waktu' hingga selesai. Pertama-tama yang menarik perhatian saya adalah 'setting' atau latar belakang tempat lokasi film ini berlangsung. Indah, cantik nian lokasi yang terlihat dalam bingkai layar besar bioskop, di Skotlandia

     Beberapa ulasan film Ayat-Ayat Cinta 2, mengangkat 'keanehan-keanehan' atau 'kejanggalan-kejanggalan' dan apapun namanya seperti 'segumpal' kekurangan film ini. Meskipun demikian tanpa saya menyebut perihal sebagai kekurangan, saya mengungkapkan bahwa Film AyatAyat Cinta 2 masih 'khas' film besutan karya sinema anak bangsa sendiri. Tebak-tebak buah manggis, siapa dapat menebak rasa buah manggis? Tak ubahnya menebak siapa sosok yang bercadar dalam tokoh perempuan sebagai bagian dari cerita dan kisah film ini. Tak lain dan tak bukan, sosok Aisha istri Fahri yang diperankan oleh Dewi Sandra yang akhirnya membawa penonton ikut 'menebak' dengan  tanpa 'rasa penasaran' yang berarti.

      Kembali melihat judul tulisan blog ini, nuansa Bhineka Tunggal Ika dalam film ini tersurat dan tersirat. Oleh Fahri mengungkapkan dalam perbincangan bersama Hulusi yang diperankan Pandji Pragiwaksono. Pesan yang disampaikan melalui obrolan bahwa Bhineka Tunggal Ika berada di mana-mana bukan 'hanya' ketika berada di negeri sendiri, Indonesia. Bahkan oleh Fahri disebut berada di dalam sanubari dirinya yang kini berada di luar negeri dalam keragaman di negeri 'orang'. Tempat tinggal digambarkan di lokasi Edinburgh Skotlandia yang hidup berdampingan dengan tetangga dari latar belakang berbeda. Tetangga Fahri diperankan oleh beberapa pemain dari negeri sendiri, selebihnya dari warga negara asing (WNA) atau 'bule'. Sisi menarik di 'mata' saya, tanpa mengabaikan keragaman, membawa Bhineka Tunggal Ika bahkan oleh Fahri menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

   Nenek Catarina (Dewi Irawan) salah satu aktris dari negeri sendiri yang berperan sebagai wanita Yahudi. Termasuk Hulusi (Pandji Pragwaksono) aktor Indonesia pun berperan sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) Fahri peran berkebangsaan Turki. Serta Keira (Chelsea Islan) dari Indonesia dan Jason (Cole Gribble) yang (WNA) sebagai kakak dan adik berperan dari Skotlandia merupakan tetangga Fahri. Tak lupa Brenda yang diperankan aktris Malaysia (Nur Fasura) berperan 'bule', tetangga Fahri pun, demikian keanekaragaman yang terlihat di sekitar tempat tinggal Fahri. Menunjukkan Kebhinekaan Tunggal Ika di mata Fahri di negeri 'orang' sehinga membawa dirinya dalam bersikap keseharian untuk saling harga-menghargai, saling bantu-membantu meskipun berbeda latar belakang, budaya dan agama. Padahal Fahri tak mendapatkan perlakuan sebagaimana Fahri 'Berbhineka Tunggal Ika' terhadap sekitar'tetangga', sebaliknya diperlakukan dengan penuh kebencian. Meskipun akhirnya seiring berlangsung film diputar akan 'ending' kebaikan berbalas kebaikan dari tetangga sekitar Fahri.

   Ketegangan-ketegangan peperangan 'konflik' Palestina -Israel sebagai pembuka film ini tak urung membawa penonton 'hanyut' dalam peperangan. Kesedihan-kesedihan yang mengundang cucuran air mata pelakon-pelakon film Ayat-Ayat Cinta 2, ini dari beragam konflik yang dihadirkan diantara pemain-pemain. Tak urung mengundang tangisan pilu, sedu sedan yang tak berkesudahan dalam step by step adegan demi adegan. Namun entah mengapa?, saya yang sejak awal menyaksikan film ini bahkan dalam 'ketenangan' tanpa hiruk pikuk yang berarti belum berhasil membuat saya ikut 'menangis' pilu. Namun saya pun tak memungkiri bersatu-padu rasa dalam fim ini begitu nikmat untuk disaksikan tanpa jeda yang diwarnai dengan situasi dan kondisi yang tersaji.

Bagaimana 'kesetiaan' Fahri terhadap Aisha?
Bagaimana Aisha menjadi Sosok 'misterius' sebagai Sabina?
Bagaimana Akhir dari kisah Fahri & Aisha?
Pesan & Hikmah apa yang diperoleh akhirnya, penonton?
Nantikan jawaban sembari menonton Film Ayat-Ayat Cinta 2!

Selamat menikmati sinema Indonesia👌





Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi

KEMBALI BERSUA, HEY! MANADO CITY

Menyaksikan Pasutri Gaje, menarik untuk tak melewatkan film Pasutri Gaje yang berlatar belakang cerita, kisah dan kehidupan sepasang abdi ne...