Ketidaksempurnaan #Inspirasi Bunda
Perjuangan tak terbatas Hj.
Sri Rahmi, S.A.P., M.Adm.,K.P dalam buku yang berjudul #Inspirasi Bunda karya
Faisal Syam ini sengaja dibuat ‘penuh’ kekurangan. Faisal Syam sebagai penulis buku ini yang
mengemukakan demikian ketika berlangsung bedah buku tepat dimomen Hari Ibu, 22
Desember 2016 di Graha Pena Fajar Lt.4. Bedah buku Inspirasi Bunda akhirnya
‘hujan kritik’. Keberagaman kritik
tertuju tak terkecuali bagi ‘Bunda’ Sri Rahmi yang melalui judul buku
ini terlihat bahwa ‘gelar’ Bunda tersematkan pada beliau.
Sebagai salah satu peserta
yang hadir dari group Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) membuat bedah buku ini sebagai
momen pribadi dalam rangka memperingati Hari Ibu. Suka cita yang tak
tersembunyikan sebagai perempuan yang rindu akan kedekatan personal terhadap kaum-kaum perempuan inspirasi. Bahkan tercetus dalam sanubari sejak lama
keinginan menjadi perempuan yang mampu memberi inspirasi bagi kaum perempuan pun. Pandangan pertama terhadap buku ini pun
berawal dari kata inspirasi dengan judul
Inspirasi Bunda.
Berawal dari sampul yang
‘full colour’ warna pink selentingan kritik
seperti warna valentine day. Demikian kata bunda pun sebagai gambaran
penyematan ‘gelar bunda’ pada Ibu Sri Rahmi yang dalam pengertian ‘Bunda’ di mata dunia. Hal
ini terjawab akhirnya dalam judul tulisan berikut Ibu , Benteng Keluarga.
Dinyatakan bahwa Bunda, Ibu, Ummi, Mama, Indo, Mimi, Mom, adalah sebuah peran
dengan variasi panggilan yang berbeda, sesuai adat, budaya, ataupun selera.
Sebuah sebutan untuk sebuah peran yang didalamnya banyak tugas.
Mengemuka bahwa unsur kesengajaan
dalam penyusunan buku ini terlihat melalui gambar pisang goreng yang tidak
memenuhi piring sajian. Menarik, sebuah gambaran sajian makanan sebagai bentuk
‘kekurangan’ penulis yang tak luput dari
kesalahan penulisan. Gambar pisang pipih (bahasa bugis pisang peppe) dan pisang
goreng lengkap dengan sambal ‘cobek-cobek’, menyimpan makna yang tersirat.
Luput dan tak luput pun pembaca ‘menangkap’ makna yang tersirat atau menemukan
makna yang ‘sembunyi’ di balik gambar, tetap menjadi suguhan selera makanan
khas lokal atau daerah setempat di Sulawesi Selatan.
Merdeka Itu … Kalau Tak
Impor, Demikian Judul pertama yang
dilengkapi gambar pisang seperti yang telah tersebutkan di atas. Menelisik
akhirnya bahwa posisi gambar yang telah sesuai peruntukkan terhadap pesan yang
ingin disampaikan sejak awal dari penulis. Sekaligus menarik perhatian pembaca,
pendekatan kreatif terhadap pembaca dari daya kreasi pikir yang akhirnya
tercipta oleh penyusun, penulis buku ini. Boleh dikatakan pun pesan gambar
tertulis yang akhirnya berhasil membuat pembaca ‘gagal fokus’ dalam bahasa
dikekinian.
Selanjutnya yang sempat
terekam pula perihal Kanjeng Tidak Taat!! Pada Sub bab pertama yang menuai kritik. Bahwa gambar kegiatan Ibu
Sri Rahmi yang berjalan di titian atau jembatan kayu dengan beberapa orang
tidak memiliki ‘benang merah’ dengan judul terkait Kanjeng Taat!!. Meskipun
demikian isi tulisan ini menjadi sebuah ‘pencerahan’ bagi pembaca untuk
pengetahuan serta pemahaman yang tak sulit ditangkap oleh pembaca dari berbagai
kalangan termasuk pembaca ‘awan’.
Terlihat penggalan kalimat sebagai
berkut yang berbunyi … adalah korbannya dari kalangan orang-orang “besar”.
Besar UANGnya, besar ILMUnya. Paragraf berikut … tapi pada AKIDAH korban sang
Kanjeng. Sepenggal kalimat pembuka dari bagian paragraf akhir … Mungkin karena
‘keimanan’ nya yang ditempatkan pada posisi yang SALAH. Sesuatu penekanan beberapa
kata terlihat melalui penulisan huruf kapital sebagai ‘warning’ bagi pembaca pada
umumnya.
Temuan baru bagi pribadi
sendiri bahwa melalui buku ini tanda tanya terrjawab bahwa salah satu penggagas
Peraturan Daerah (Perda) Kawasan Tanpa Rokok di Kota Makassar. Bersama beberapa
politisi perempuan lain memperjuangkan
gagasan perda tersebut sewaktu menjabat sebagai legislator di DPRD Kota
Makassar. Kota Makassar menjadi satu-satunya kota yang mempunyai perda Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) di Sulawesi Selatan. Demikian tertulis judul Lahirkan Perda
Anti Rokok pada Sub bab ketiga, olehnya ‘setitik’ pengetahuan bagi diri sendiri
Tak cukup menjadi inspirasi
namun ‘hanya’ sebagai buku ‘dokumen’ merupakan kritik tajam, salah satu
pembedah buku. Mengemuka dengan ‘gamblang’ menyampaikan apresiasi bahwa
mengenal dekat secara personal ‘Bunda’ Sri Rahmi. Gambaran sebagai
Pemilik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), tak ditemukan ‘Bunda Rahmi’
dalam buku tersebut. Tak ketinggalan kritik dari diri sendiri perihal buku
#Inspirasi Bunda bahwa ulasan khusus narkoba sebagai bab tersendiri tak ditemui.
Tak cukup hanya tersentil karena “Darurat Narkoba” pun telah tersebutkan bagi
para generasi pemuda-pemudi bangsa termasuk anak-anak.
Olehnya ‘Hujan Kritik’ pun
tak serta merta tak memunculkan pujian, terbit #Inspirasi Bunda” yang pasti
bukan hanya ditujukan buat pembaca kaum perempuan bahkan kaum lalki-laki pun tergerak dan memiliki
‘semangat’ menulis, mengemuka ketika sesi tanya jawab berlangsung. Menarik
perhatian kaum adam pun masih pada Sub Bab pertama berjudul Fatherless Country
dan menjadi perbincangan ‘serius’ bahkan
perdebatan ‘hangat’ pada forum bedah buku ini. Bak oase di padang pasir,
menembus batas gender merupakan momen di penghujung tahun sekaligus kado awal
tahun ini. Mengundang aksi dan reaksi kaum perempuan, #Inspirasi Bunda hadir. Selamat Membaca-